1.1 Parameter Fisika
1.1.1 Suhu
a. Pengertian
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyerapan organisme. Proses kehidupan vital yang sering disebut proses metabolisme. Hanya berfungsi dalam kisaran suhu yang relatif sempit. Biasanya 00C-40C (Nybakken 1992 dalam sembiring, 2008)
Menurut Handjojo dan Djoko Setianto (2005) dalam Irawan (2009), suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan metabolism dan berkembang biak. Suhu merupakan faktor fisik yang sangat penting di air
b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi suhu
Pola temperature ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopii (penutup oleh vegetari) dari pepohonan yang tumbuh sel tepi (Brehm dan Melfering, 1990, dalam Barus, 2010). Disamping itu pola temperature perairan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor anthrcopogen (faktor yang diakibatkan oleh aktifitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari pendinginan pabrik. Pengunduran BAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung. Hal ini terutama akan menyebabkan peningkatan temperatur suatu sistem perairan (Barus, 2001)
Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi suhu dan salinitas di perairan ini adalah penyerapan panas (heat flux) curah hujan (prespiration) aliran sungai (Flux) dan pola sirkulasi air (Hadikusumah, 2008)
1.1.2 Kecepatan Arus
a. Pengertian
Menurut Barus (2001), arus air adalah faktor yang mempunyai peranan yang sangat penting baik pada periran letik maupun pada perairan lentik. Hal ini berhubungan dengan penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air. Kecepatan aliran air akan bervariasi secara vertikal. Arus air pada perairan lotik umumnya bersifat tusbulen yaitu arus air yang bergerak ke segala arah sehingga air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan.
Menurut Husabarat dan Stewart (2008), arus merupakan gerakan air yang sangat luas terjadi pada seluruh lautan di dunia. Arus-arus ini mempunyai arti yang sangat penting dalam menentukan arah pelayaran bagi kapal-kapal.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Menurut Barus (2001), pada ekosistem lentik arus dipengaruhi oleh kekuatan angin, semakin kuat tiupan angin akan menyebabkan arus semakin kuat dan semakin dalam mempengaruhi lapisan air. Pada perairan letik umumnya kecepatan arus berkisar antara 3 m / detik. Meskipun demikian sangat sulit untuk membuat suatu batasan mengenai kecepatan arus. Karena arus di suatu ekosistem air sangat berfluktuasi dari waktu ke waktu tergantung dari fluktuasi debit dan aliran air dan kondisi substrat yang ada.
Kecepatan arus sungai dipengaruhi oleh kemiringan, kesuburan kadar sungai. Kedalaman dan keleburan sungai, sehingga kecepatan arus di sepanjang aliran sungai dapat berbeda-beda yang selanjutnya akan mempengaruhi jenis substrat sungai (Ozum, 1993 dalam Suliati, 2006).
1.1.3 Kecerahan
a. Pengertian
Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan dalam air dan dinyatakan dengan persen (%) dari beberapa panjang gelombang di daerah spectrum yang terlihat cahaya yang melalui lapisan sekitar satu meter, jatuh agak lurus pada permukaan air (kerdi dan Tancung, 2007).
Kecerahan air berkisar antara 40-85 cm. tidak menunjukkan perbedaan yang besar. Kecerahan air pada musim kemarau (Juli – September 2000) adalah 40-85 cm dan pada musim hujan (November dan Desember 2000) antara 60-80 cm. kecerahan air di bawah 100 cm tergolong tingkat kecerahan rendah (Akromi dan Subroto, 2002).
b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Kejernihan sangat ditentukan oleh partikel-partikel terlarut dan Lumpur. Semakin banyak partikel atau bahan organik terlarut maka kekeruhan akan meningkat. Kekeruhan atau konsentrasi bahan tersuspensi dalam perairan akan menurunkan efisiensi makan dari organisme (Sembiring, 2008).
Menurut Effendi (2003). Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan recchi disk. Kekeruhan pada perairan yang tergenang (lentik), misalnya danau, lebih banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel –partikel halus. Sedangkan kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar yang berupa lapisan permukaan tanah yang terletak oleh aliran air pada saat hujan.
1.1.4 Kedalaman Perairan
a. Pengertian
Kedalaman merupakan parameter yang penting dalam memecahkan masalah teknik berbagai pesisir seperti erosi. Pertambahan stabilitas garis pantai, pelabuhan dan kontraksi, pelabuhan, evaluasi, penyimpanan pasang surut, pergerakan, pemeliharaan, rute navigasi (Roonawale et al, 2010)
Batimetti (dari bahasa Yunani. Barus, berarti kedalam dan ukuran) adalah ilmu yang mempelajari kedalaman di bawah air dan studi tentang tiga dimensi lantai samudra atau danau. Sebuah peta gatimetri umumnya menampilkan relief pantai atau daratan dengan garis-garis kontor (Contor lines) yang disebut kontor kedalaman (depth contous atau subath) (Aridianto, 2010)
b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Menurut Ariana (2002) bathmmetri adalah ukuran tinggi rendahnya dasar laut. Perubahan kondisi hidrografi di wilayah perairan laut dan pantai di samping disebabkan oleh fenomena perubahan penggunaan lahan di wilayah tersebut dan proses-proses yang terjadi di wilayah hulu sungai. Terbawanya berbagai material partikel dan kandungan oleh aliran sungai semakin mempercepat proses pendangkalan di perairan pantai.
Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada lokasi tersebut. Lokasi yang dangkal akan lebih mudah terjadinya pengadukan dasar akibat dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya kedalaman perairan lebih dari 3 m dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya kedalaman perairan lebih dari dasar jaring (Setiawan, 2010)
1.1.5 Warna perairan
a. Pengertian
Menurut Marindro (2002). Kriteria warna air tambak yang dapat dijadikan acuan standart dalam pengelolaan kualitas air adalah seperti di bawah ini:
1. warna air tambak hijau tua yang berarti menunjukkan adanya dominasi chloropiceae dengan sifat lebih stabil terhadap perubahan lingkungan dan cuaca karena mempunyai waktu moralitas yang relatif panjang.
2. warna air tampak kecoklatan yang berarti menunjukkan adanya dominasi diatamoe
3. warna air tambak hijau kecoklatan yang berarti menunjukkan dominasi yang terjadi merupakan perpaduan antara chlorocyiceae
warna air merupakan salam satu unsur dari parameter fisika terhadap standar persyaratan kualitas air (Darmayanto, 2009).
Warna air merupakan hasil refleksi kembali dari berbagai panjang gelombang cahaya sejumlah material yang berada dalam air yang tertangkap oleh mata. Material dalam air dapat berupa jumlah zat tersuspensi (TDS) (pemuji dan Anthonius, 2010).
b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Warna perairan pada umumnya disebabkan oleh partikel koloid bermuatan negatif, sehingga penghilangan warna di perairan dilakukan dengan penambahan koagulan yang bermuatan positif. Misalnya alumunium dan besi (Sawyer dan Mclarty, 1978). Warna perairan juga dapat disebabkan oleh peledakan (Blooming) Fitoplankton (algae) (Effendi, 2003).
Warna air pada kolam dan tambak, baik sistem tradisional demi intensif maupun intensif bermacam-macam. Adanya warna air tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain hadirnya beberapa jenis plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton, larutan tersuspensi, dekomposisi bahan organik, mineral ataupun bahan-bahan lain yang terlarut dalam air (Kordi, 2009).
1.1.6 Substrat
a. Pengertian
Menurut Flamid (2010), bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari, bahan lain hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan atau lingkungan tempat hidup.
Menurut Djum 1971 dalam Sahri et al. 2000. substrat dasar yang berupa batuan merupakan habitat yang penting baik dibandingkan dengan substrat pasir dan kerikil. Substrat pasir dan kerikil mudah sekali terbawa oleh arus air. Sedangkan substrat batuan tidak mudah terbawa oleh arus air.
b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Kandungan bahan organik menggambarkan tipe dan substrat dan kandungan nutrisi di dalam perairan. Tipe substrat berbeda-beda seperti pasir Lumpur dan tanah liat (Sembiring, 2008)
Menurut Suliati (2006), kecerahan arus sungai dipengaruhi oleh kemiringan. Kekasanan kadar sungai. Kedalaman dan kelebaran sungai sehingga kecepatan arus di sepanjang aliran sungai dapat berbeda-beda yang selanjutnya akan mempengaruhi jenis substrat dasar sungai pada umumnya, tipe substrat dalam sungai dapat berupa Lumpur, pasir, kerikil dan sampah.
1.2 Parameter Kimia
1.2.1 pH
a. Pengertian
Derajat keasaman lebih dikenal dengan istilah H. pH (singkatan dari pulscane negatif te H), yaitu logaritma dari kepekatan ion-ion H (hidrogen) yang terlepas dalam satu cairan. Derajat keasaman atau pH air menunjukkan aktifitas ion hydrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hydrogen (dalam nol per lter) pada suhu tertentu atau dapat ditulis pH = - log (H+) (kordi dan Tancung, 2007).
Suatu ukuran yang menunjukkan apakah air bersifat asam atau dasar dikenal sebagai pH. Lebih tepatnya pH menunjukkan konsentrasi ion hydrogen dalam air dan didefinisikan sebagai logaritma asam bila pH dibawah 7 dan dasar ketika pH di atas 7. sebagian besar nilai pH ditemui jatuh antara 0 sampai 14. pH yang baik dalam budidaya adalah 6,5-9,0 (Mutris, 1992).
b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Peningkatan keasaman air (pH rendah) umumnya disebabkan limbah yang mengandung asam-asam mineral bebas dan asam karbonat. Keasaman tinggi (pH rendah) juga dapat disebabkan adanya FeS2 dalam air akan membentuk H2SO4 dan ion Fe2+ (larut dalam air ) (manik, 2003).
Perairan laut maupun pesisir memiliki pH relatif stabil dan berada dalam kisaran yang sempit. Biasanya berkisar antara 7,7 – 8,4 pH dipengaruhi olah kapasitas penyangga (buffer) yaitu adanya garam-garam karbonat dan bikarbonat yang dikandungnya (Boyd, 1982, Nybakkan, 1992 dalam Irawan et al, 2009)
1.2.2 DO
a. Pengertian
Oksigen terlarut (Dssolved Oxigen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Di samping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi dan anorganik dalam proses aerobic (Salmin, 2005)
Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam ekosistem akuatik, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme (Suin, 2002 dalam Semburing, 2008)
b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung dari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa dan udara, seperti kekeruhan, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara, seperti arus, gelombang dan pasang surut (Salmin, 2005)
Oksigen terlarut dapat berasal dari proses fotosintesis tumbuhan air dan dari proses fotosintesis tumbuhan air dan dari udara yang masuk ke dalam air. Konsentrasi DO dalam air tergantung pada suhu dan tekanan udara. Pada suhu 200C tekanan udara satu atmosfer konsentrasi DO dalam keadaan jenuh 9,2 ppm dan pada suhu 500 C (tekanan udara sama) konsentrasi DO adalah 5,6 ppm (Manik, 2000)
1.2.3 CO2
a. Pengertian
Menurut Kordi dan Tancung (2007), karbondioksida (CO2) atau disebut asam arang sangat mudah larut dalam suatu larutan. Pada umumnya perairan alami mengandung karbondioksida sebesar 2 mg/ L. karbondioksida (CO2) merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan air renik maupun tingkat tinggi untuk melakukan fotosintesis.
Istilah karbondioksida bebas (free CO2) digunakan untuk menjelaskan CO2 yang terlarut dalam air, selain yang berada dalam bentuk terikat sebagai ion bikarbonat (HCO3) dan ion karbonat (CO3-2) CO2 bebas menggambarkan keberadaan gas CO2 di perairan yang membentuk kesetimbangan dengan CO2 di atmosfer. Nilai CO2 yang terukur biasanya berupa CO2 bebas (Effendi, 2003).
b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Adanya arus dan angin diduga menyebabkan bergeraknya massa CO2 terlarut ini. Selain faktor cuaca seperti kecepatan angin, arah angin dan curah hujan, salinitas dan pH juga mempengaruhi konsentrasi karbondioksida terlarut (CO2 latur) bakker et al 1996 dalam Sukatno dan Bayu. 2010).
Menurut Alffandi (2009), karbondioksida yang terdapat di perairan berasal dari berbagai sumber yaitu sebagai berikut:
1. Difusi dari atmosfer, karbondiosida yang terdapat di atmosfer
2. air hujan
3. air yang melewati tanah organik, karbondioksida hasil dekomposisi ini akan terlarut dalam air
4. respirasi tumbuhan, hewan dan bakteri aerob maupun anaerob respirasi tumbuhan dan hewan mengeluarkan karbondioksida
1.2.4 Alkalinitas
a. Pengertian
Alkalinitas atau yang lebih dikenal total alkalinitas adalah konsentrasi total dari unsur basa-basa yang terkandung dalam air dan biasa dinyatakan dalam mg/ L atau setara dengan kalsium karbonat (CaCO2) dalam air, basa-basa yang terkandung biasanya dalam bentuk ion karbonat dan bikarbonat (Kordi dan Tancung, 2007)
Alkalinitas adalah jumlah asam (ion hidrogen) air yang dapat menyebar (buffer) sebelum mencapai pH yang diinginkan. Total alkalinitas diungkapkan sebagai milligram per liter atau bagian per juta kalsium karbonat (mg/l atau ppm CaCO3-alkalinitas total 20 mg/ l atau lebih banyak diperlukan untuk tambak yang berproduksi baik).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Menurut Kordi (2009), konsentrisi total alkalinitas sangat erat hubungannya dengan konsentrasi total kesadahan air. di lahan umumnya total alkalinitas mempunyai konsentrasi yang sama dengan total kesadahan air. Hal ini disebabkan kesadahan atau yang disebut juga dengan konsentrasi ion-ion logam bervalensi 2. seperti Ca2+ dan Mg2+ dipasok dalam jumlah yang sama dari lapisan tanah dengan HCO3- dan CO32- yang merupakan unsur pembentuk total alkalinitas
Di larutan alkalinitas total akan berubah karena adanya perubahan salinitas sebagai akibat adanya konsentrasu ion na+ dan ion Cl- lainnya (Frisetal, 2003). Selain itu yang dapat mempengaruhi perubahan alkalinitas kalsium karbonat atau adanya produksi partikel senyawa organik oleh mikroalga (Wolf-Gladwow. 2007 dalam Sulino dan Bayu, 2007)
1.2.5 TOM
a. Pengertian
Menurut Effendi (2007), Kalium perman ganat (KMnO4) telah lama dipakai sebagai oksidator pada penentuan konsumsi oksigen untuk mengoksidasi bahan organik yang terkenal sebagai parameter nilai permanganate atau sering disebut sebagai kandungan bahan organik total atau TOM (Total Organic Matter). Akan tetapi, kemampuan oksidasi oleh permanganat sangat bervariasi, tergantung pada senyawa-senyawa yang terkandung dalam air.
Menurut Mulya (2002) bahan organik dibagi atas dua bagian yaitu:
· Bahan organik terlarut yang berukuran < 0,5 cm
· Bahan organik yang tidak terlarut yang berukuran > 0,5 cm
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Menurut Koesbrono (1985) dalam Syaifudin (2004), terdapat empat macam sumber penghasil bahan organik terlarut dalam air laut yaitu (1) berasal dari daratan, (2) proses pembusukan organisme yang telah mati (3) perubahan matabolik-metabolik ekstra seluler oleh algae, larutan sitoplankton dan (4) eksresi zooplankton.
Hampir seluruh organik karbon terlarut di dalam air laut berasal dari karbondioksida yang dihasilkan oleh fitoplankton. Konsentrasinya tergantung pada keseimbangan antara rata-rata organik karbon terlarut yang dibentuk oleh hasil pembusukan eksresi dan rata-rata hasil penguraian atau pemanfaatannya (Mulya, 2002)
1.2.6 Orthopospat
a. Pengertian
Orthopospat merupakan bentuk yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuh akuatik. Sedangkan polipospat harus mengalami hidrolisis membentuk orthopospat terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan sebagai sumber fosfir. Setelah masuk ke dalam tumbuhan. Misalnya fitoplankton fosfat organik mengalami perubahan menjadi organofosfat (Effendi, 2003)
Ortofosfat merupakan nutrisi yang paling penting dalam menentukan produktivitas perairan. Keberadaan fosfat di perairan dengan segera dapat diserap oleh bakteri. Phytoplankton dan makrofita (Sembering, 2008)
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Input utama fosfat ke danau berasal dari aliran sungai dan pengendapan. Air hujan juga merupakan sumber fosfat namun hanya sedikit mengandung fosfat dari pada hydrogen. Sebagian besar fosfor terbang ke danau yang tidak berpolusi sebagai partikel organik dan anorganik. Hampir setengah dari fosfor yang terkandung dalam limbah rumah tangga berasal dari detergen (Golaman and Horne, 1983 dalam Apridayanti, 2008).
Menurut Fansuri (2009), distribusi bentuk yang beragam dari fosfat di air laut dipengaruhi oleh proses biologi dari fisik. Di permukaan air, forfat diangkat oleh fitoplankton sejak proses fotosintesis, konsentrasi fosfat diatas 0,3 mm akan menyebabkan kecepatan pertumbuhan pada banyak spesifik fitoplankton.
1.2.7 Nitrat Nitrogen
a. Pengertian
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nitrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung aerob (Effendi, 2003).
Nitrat adalah salah satu jenis senyawa kimia yang sering ditemukan di alam, seperti dalam tanaman dan air. Senyawa ini terdapat dalam tiga bentuk, yaitu ion hitrat (ion NO3) ketiga bentuk senyawa nitrat ini menyebabkan efek yang sama terhadap ternak meskipun pada konsentrasi yang berbeda (Stohenow dan Lardy, 1998, Cassel dan Boran 2000 dalam yuningsih, 2003).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Dalam kondisi dimana konsentrasi oksigen terlarut sangat rendah dara terjadi proses kebaikan dari nitrifikasi yaitu proses denitrifikasi dimana nitrat melalui nitrit akan menghasilkan nitrogen bebas yang akhirnya akan lepas ke udara atau dapat juga kembali membentuk ammonium / amoniak melalui proses fikasi altrat (Barus, 2001).
Ammonia berada dalam air karena pemupukan kotoran biota budidaya dan hasil kegiatan jasad renik did alam pembusukan bahan organik yang kaya akan nitrogen (protein). Senyawa asam ini dapat digunakan oleh fitoplankton dan tumbuhan air setelah diubah menjadi nitrit dan nitrat oleh bakteri dalam proses nitrifikasi (Kordi, 2009).
1.2.8 BOD
a. Pengertian
Menurut Effendi (2003), secara tidak langsung BOD merupakan gambar kadar garam organik, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air (Davis and Cornwell, 1991). Dengan kata lain, BOD menunjukkan jumlah oksigen yang diinkubasi pada suhu sekitar 200C selama lima hari, dalam keadaan tanpa cahaya (Boyd, 1988).
BOD atau blochemical oxygen demand adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oxygen yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurangi atau mendekomposisi Bahan organik dalam kondisi aerobic (Umaly dan Lurin 1988, Metcalf and Ebby 1991 dalam Hariyadi, 2004)
b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Selama pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus bebas dari udara luar mencegah kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas. Konsentrasi air buangan/ sampel tersebut yang harus berada pada suatu tingkat pencemaran tertentu. Hal ini untuk menjaga supaya oksigen terlarut selalu ada selama permiksaan. Hal ini penting diperhatikan mengingat kelarutan oksigen salam air terbatas dan hanya berkisar -9 ppm pada suhu 200C (Salmin. 2005).
Faktor-faktor yang mempengaruhi BOD adalah jumlah senyawa organik yang diuraikan, tersedianya mirkoorganisme aerob dan tersedianya sejumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses penguraian tersebut (barus, 1990 dalam Sembiring, 2008).
1.3 Proses Nitrifikasi

Monium dan amoniak yang merupakan produk penguraian protein yang sudah dibahas sebelumnya masuk ke dalam bawah sungai akan semakin berkurang bila semakin jauh dari titik pembuangan yang disebabkan adanya aktifitas mikroorganisme di dalam air. Mikroorganisme tersebut akan mengoksidasi ammonium menjadi nutrot dan akhirnya menjadi nitrat. Penguraian ini dikenal sebagai proses nitrifikasi (Borneft, 1982. Schewoebel 1987 dan 194 Huter 1990 dalam Barus, 2010)
1.4 Pembagian Perairan Menurut kesuburan perairan
Pengertian profiktropi mangan kepada kandungan zat hara yang terdapat dalam suatu ekosistem danau nilai produktifitas suatu produktivitas suatu danau yang bersifat eligotropik (miskin zat hara) akan mempunyai nilai produktivitas rendah. Peningkatan akumulai zat hara dalam danau dapat mengubah kondisi algotropik menjadi kondisi entrofik dan itu juga berarti terjadi peningkatan produktifitas (Barus, 2001)
Menurut Effendi (2003), berdasarkan tingkat keduburannya (Tropik status) perairan tergenang khususnya danau dapat diklasifikasikan menjadi lima sebagai berikut:
a) Oligotropik (miskin unsur hara dan produktifitas rendah) yaitu perairan dengan produktifitas primer dan biomasa yang rendah, perairan ini memiliki kadar unsur hara nitrogen dan fosfor rendah, namun cenderung jenuh dengan oksigen
b) Mesotropik (unsur hara dan produktifitas sedang) yaitu perairan dengan produktivitas primer dan biomasa sedang perairan ini merupakan perairan antara akgotropik dan entropik.
c) Eutropik (Kaya unsur hara dan tingkat produktifitas tinggi) yaitu perairan dengan kadar unsur hara dan tingkat produktifitas primer tinggi
d) Hiper eutropik yaitu perairan dengan kadar unsur hara dan produktifitas primer sangat tinggi
e) Distropik yaitu jenis perairan yang banyak mengandung bahan organik (misalnya asam humus dan fulfic)